Review Film : Dancer In The Dark (2000)

“Dancer In the Dark (2000) : You dont need eyes to see”
Oleh : Sarah Azzahwa (10212019)
Cakru KineKlub LFM ITB 2013

 
           

    Film “Dancer In The Dark” adalah sebuah film beraliran drama musikal yang dikemas dalam sebuah bentuk film semi dokumenter. Film berdurasi 2 jam 20 menit ini dibintangi oleh  Björk, Catherine Deneuve, David Morse. Sang sutradara, Lars Von Trier, mengemas film ini dalam bentuk semi dokumenter terlihat pada cara pengambilan gambar dan cerita yang hanya berfokus kepada sosok tokoh utama dari film ini yakni, Selma Jezkova,  seorang single parent yang hampir menderita kebutaan.
                Dancer In The Dark adalah sebuah film beralur maju yang menceritakan tentang perjuangan sang tokoh utama, Selma Jezkova, seorang imigran dari Eropa Tengah, yang pindah ke Amerika Serikat bersama anak lelaki satu-satunya, Gene, untuk melakukan operasi mata. Bekerja sebagai seorang buruh kasar di suatu pabrik pencetakan, baik siang dan malam, rela ia lakukan demi mengumpulkan uang operasi mata untuk sang anak tersayang. Meski ia adalah seorang pekerja keras, Selma juga menikmati hidupnya dengan bermain teater kecil di kotanya. Selma diam-diam adalah seorang penikmat musik. Ia sangat menyukai musik dan suka menari tap. Ia pun bukan sosok penyendiri, Selma adalah sosok yang sangat dicintai oleh teman-teman dekatnya, yakni sahabat karibnya Kathy dan pria yang diam-diam mencintainya, Jeff dan juga atasan kerjanya.
Semua awalnya terlihat berjalan bahagia, hingga akhirnya cerita menjadi sedikit naik dan menarik ketika Bill, suami dari Jenda, pasangan suami istri yang merupakan pemilik rumah tinggal Selma dan anaknya, berbagi rahasia kepada Selma mengenai masalah keuangan yang sedang ia alami. Konflik pun mulai muncul ketika Selma menemukan uang tabungan yang telah ia kumpulkan, telah hilang dan dicuri oleh Bill. Bill yang tidak mau mengakui bahwa uang tersebut milik Selma dan enggan mengembalikan, lalu akhirnya memaksa dan memohon kepada Selma agar mau membunuhnya dengan cara menembak dengan pistolnya. Selma pun akhirnya terpaksa membunuhnya dan ia dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung tanpa ada perjuangan hukum yang sama sekali berarti.
                Selma Jezkova diperankan oleh Björk, yang notabenenya adalah seorang penyanyi, sangat sukses dalam mengahayati perannya sebagai seseorang yang hampir menderita kebutaan serta kepedihan dan perjuangan hidup yang ia alami sebagai seorang imigran sekaligus single parents dari seorang anak lelaki yang masih haus akan kasih sayang. Kepedihan serta perjuangan yang Björk berusaha sampaikan kepada penonton melalui aktingnya tentu dapat kita tangkap. Terbukti melalui film ini, Björk memenangkan berbagai penghargaan atas aktingnya salah satunya di Festival  Film Cannes. Latar belakang Björk sebagai seorang penyanyi pun ikut mendukung suksesnya film ini sebagai sebuah film musikal. Terutama melalui lagunya yakni ”I’ve Seen it All” yang memiliki lirik sederhana namun bermakna dalam yakni menggambarkan ketidakpedulian dan keberanian Selma dalam menghadapi kenyataan bahwa ia memang harus menjadi buta. Tak heran lagu ini dinominasikan di Academy Award.
                Sayangnya, penanaman karakter pada tokoh lain tidak  dilakukan terlalu kuat oleh sang sutradara. Film ini hanya berpusat pada Selma saja, tanpa mendalami karakter lain. Seperti bagaimana hubungan dia dengan Kathy sahabatnya, ataupun dari sisi pandang Gene, anak lelakinya bahkan Jeff, pria yang mencintai Selma pun seakan hanya sebagai tokoh sampingan di dalam film ini tanpa. Dari sisi seni bermusik, film ini mempunyai banyak keunggulan, akan tetapi Film “Dancer in the Dark” adalah sebuah film yang beralur maju dan mengalir cukup lambat dan sangat minim action sehingga membuat penonton haus akan drama dan konflik. Seperti contohnya, sebetulnya Von Trier bisa saja menambahkan sedikit action di adegan terbunuhnya Bill oleh Selma, atau sedikit perjuangan hukum dalam kasus persidangan Selma.  Tak ada perjuangan hukum yang berarti dilakukan oleh sahabatnya terutama kekasihnya, Jeff, juga didukung oleh sifat Selma yang terlalu pasrah akan nasibnya. Sehingga twist yang dimiliki sangat sedikit, seakan-akan puncak konflik dari cerita ini hanyalah ketika kita sebagai penonton harus menyaksikan proses meninggalnya Selma di tali gantungan secara cepat, dan lalu film pun selesai. Seakan ingin menyudahi film dengan cepat dan praktis.


Bagi pecinta film yang tidak terlalu menyukai film yang berbentuk dokumenter, mungkin akan segera merasa bosan dan monoton ketika mengikuti alur cerita film Dancer in The Dark.  Atau bahkan menganggap ini hanyalah film yang mempunyai low budget, dilihat dari miskin nya variasi teknik pengambilan gambar, make up serta kostum pemain yang terlalu apa adanya. Secara keseluruhan, film Dancer In The Dark cukup menarik untuk ditonton. Karena kesedihan dan kepedihan serta pesan moral mengenai ketidak adilan yang ingin disampaikan melalui film ini cukup tersampaikan. Apalagi untuk para pecinta film musikal, para pecinta film dokumenter, atau mungkin para fans dari penyanyi Björk itu sendiri, Dancer In The Dark harus menjadi salah satu daftar film yang wajib ditonton.

Ps.HUAAAAAAAAA TULISAN REVIEW FILM PERTAMA GUEEEE >< harap makluum

Komentar

Postingan Populer