Kind over poverty
Oke, jadi sebenernya disini saya baru saja membaca sebuah tulisan dari tokoh How I met Your Mother, yakni Josh Radnor aka Ted Mosby. Judulnya "Kind over matter", yang lalu saya juga tertarik untuk menulis versi saya, tapi dengan konsep yang berbeda. Oh iya, kalo kalian penasaran dengan artikel nya Josh Radnor itu seperti apa, jadi kurang lebih tentang pemikiran Josh Radnor yang mengatakan bahwa ketika dia sudah berada di puncak karirnya sebagai aktor, dia mengajak orang-orang untuk tetap menjadi orang baik, alias not change being a jerk instead.
Nah berbeda dengan saya, saya disini malah mau membahas tentang keramah tamahan atau kebaikan dari orang-orang di bawah (dalam hal ini orang yang hidupnya lumayan keras seperti pengamen, tukang angkot, pembantu , dsb). Yang gatau kenapa ya, entah ini perasaan saya atau tidak,tapi semakin saya dewasa, saya kok malah sering melihat kekurang ramahan, ketidak pedulian bahkan maaf terkadang kebencian yang diberikan oleh orang-orang seperti mereka. Apalagi karena sekarang penampilan saya dan bawaan saya ya emang semakin menunjukan identitas saya di strata masyarakat yakni saya adalah seorang mahasiswa.
Diatas cuma salah satu contoh yang dialami oleh dosen saya sendiri. Saya sendiri? sudah mempunyai 2 pengalaman seperti itu.
Jadi intinya, semenjak saya kuliah,saya melihat bahkan merasakan sendiri bagaimana mereka memperlakukan saya dan ya begitu juga orang-orang sekitar saya. Contohnya, ketika saya dan pacar saya sedang kesulitan mencari kantor polisi di jalan asia afrika di bandung,saya menyarankkan pacar saya untuk menepi dan bertanya ke tukang becak yang lagi nganggur. Yah kan biasanya tukang angkot, ojek, atau supir transportasi lainnya memliliki pengetahuan jalan yang sangat memadai. Tapi pas pacar sayabertanya "Maaf pak numpang tanya, kantor polisi asia afrika di arah mana ya, Pak?"
"Ha? Ga tau saya."
Dan itu dengan sikap super acuh, tanpa simpati empati bahkan menatap mata saja sekalipun tidak. Dia bahkan lebih menunjukkan wajah merasa diganggu waktu senggangnya karena ditanya seperti itu dan kemudian melanjutkan kembali kegiatan menunggunya.
Duh....bantuin sekadar nunjukin jalan aja gak boleh ya pak :')
Itu juga bukan kali pertama, dan bukan sekadar tukang becak. Pernah saya juga diperlakukan percis seperti itu oleh Ibu-Ibu jualan apa gitu ya di Pasar Minggu Jakarta. Jadi ceritanya saya baru pertama kali naek angkot dari kampung melayu mau ke terminal pasar minggu buat ngincer bus damri bandara. Eh saya salah turun di pasar minggu, pasarnya bukan terminalnya. Ya kelimpungan deh, saya harus nyeret-nyeret koper merah saya di pinggir jalan terutama di pasar yang sedang ramai itu. Karena gatau terminal di sebelah mananya, saya bertanya kepada ibu-ibu yang kebetulan lagi ga ada pembeli. Ya kalo ad pembeli juga, saya cukup tau diri dan tak akan menganggu. "Permisi Bu numpang nanya, Terminal Pasar Minggu itu dari sini sebelah mananya ya Bu?"
Jawabannya? Dia menatap saya kesaal sekali seperti saya telah menghancur hidupnya atau apalah itu, lalu mendengus kesal "YA MANA SAYA TAU" dan dengan kata-kata becus selanjutnya yang saya sudah lupa itu apa dan tak mau juga diingat-ingat. Marah? Enggak alhamdulillah. Saya malah berbalik tersenyum dan hanya mengucapkan "Oh ya udah, Terima kasih ya Buu :)" lalu melanjutkan jalan kaki saya sembari menggiring koper merah saya yang super beraaaat itu. Dan si Ibu? Dari awalnya ketus, jadi terdiam lalu ga enak sendiri.
Emang sesusah itu ya membantu orang menunjuk arah, Bu?
Ya saya tau, mungkin dia (bahkan penjual pasar sekitarnya) itu kesal melihat saya seakan-akan salah kostum. Berpakaian seperti itu, lalu ditambah menenteng koper merah di tengah jalan becek pasar tradisional. Wow, sangat salah kostum. Tapi emang saya sendiri juga mau kayak gitu? Dikira saya sengaja apa T__T, itu semua karena tukang angkotnya dengan seenaknya nurunin saya ga ampe tuntas di termina pasar minggunya sehingga saya kelimpungan. Dikira nyeret koper berat gitu enak apaa -_-
Itu cuma sekian kalinya ya saya mendapat perlakuan tidak mengenakan begitu. Terkadang mikir aja sih, apakah hidup sekeras itu memperlakukan mereka sehingga mereka menjadi keras juga kepada orang-orang yang menurut mereka berbeda nasib dari mereka? Hidup mereka sudah sebegitu sulit kah sehingga membuat mereka berpikir mereka juga harus ikut mempersulit hidup/urusan orang lain? Jujur ya. Disini saya bukan mau menghina orang kurang/orang miskin itu buruk atau gimana. Tapi ini hanya sebagian saja (semoga benar, cuma sebagian saja). Berbeda dengan satpam, polisi atau pegawai resmi, yang ketika ditanya , yah mungkin karena memang pekerjaan mereka untuk membantu orang yang lagi bingung arah sih ya, tapi membantu orang lain harus kah sesusah itu? Mungkin kalo saya orang terkenal, atau Pak Presiden atau atasanmereka, baru deh tuh orang baru mau membantu orang lain. Sekarang baru saya mengerti, kenapa target acara Uang Kaget atau Minta Tolong di RCTI itu selalu sesama orang miskin. Karena terkadang kemiskinan itu tidak ikut mengajarkan kepada mereka bagaimana susahnya hidup sehingga kita harus saling membantu.
Terkadang saya jadi berpikir. Apa jangan-jangan mindset mereka diluar sana adalah ketika saya telah sukses, telah kaya seperti mereka baru saya akan bersikap baik , bersikap dermawan? Amit-amit jangan sampai deh yaaa Ibu Bapaak :'). Saya kira dengan adanya program TV Mario Teguh di Indonesia, masyarakat Indonesia akan tergerak dan berubah mindset terutama hatinya menjadi lebih baik tapi ternyata....hmm mungkin Pak Mario Teguh belum sampai menyentuh masyarakat bagian bawah itu kali ya :). Kayaknya udah berjuta juta kali Pak Mario selalu memberikan motivasi positif mengenai hidup.
Lalu kemudian saya baru baca di salah satu forum gaul Indonesia, katanya itu semua mungkin dikarenakan sajian tontonan yang mereka pilih setiap malamnya untuk mengurangi rasa penat akan kerasnya hidup, yakni sinetron. Ya sinetron.Sinetron jaman sekarang selalu mengajarkan dan menunjukan imej bahwa orang kaya itu jahat,orang kaya itu egois, selalu menindas orang miskin, majikan yang menjahati pembantu lah, atau bos perusahaan yang bertindak picik lah. Oalah, kalo begini mah pantes mereka ikut memperlakukan saya apalagi sebagai mahasiswa seperti ini. Padahal tidak semuanya orang yang ditakdirkan hidup lebih dari mereka itu jahat, egois, seenak hati , meremehkan yaah seperti di sinetron-sinetron. Ya kalau bapak atau ibu hidup aja susah, bagaimana hidup bapak ibu mau berubah kalo perlakuan bapak ibu selalu begitu ? Saya tahu hidup sudah sebegitu keras dan sebegitu tidak adil memperlakukan kalian, tapi bukan berarti anda harus ikut-ikutan bertindak keras kepada orang lain yang tak bersalah kan? Ibaratnya kalau hidup kalian susah sekarang, memangnya salah orang kaya sehingga mereka harus mendapatkan perlakuan seperti itu?
Sekali lagi, saya tidak pernah meremehkan Bapak/Ibu atas pekerjaa yang anda miliki sekarang. Saya juga tahu betapa keras hidup, oleh karena itu saya akan selalu berusaha bertindak adil , berbicara sopan, menghormati bapak/ibu ketika saya bertanya, entah anda adalah tukang ojek, penyapu jalan, tukang angkot, cleaning service, penjual di pasar tradisional, tukang becak, atau pengamen sekalipun. Tidak, saya tidak akan pernah meremehkan anda sekalipun. Jadi, bisakah setidaknya saya mendapat sedikit senyuman dari pertanyaan saya? Saya juga sama-sama manusia Bu, Pak :)
Jadi kebalikan dari tulisan aktor favorit saya yakni Josh Radnor, kita menjadi orang baik tak cukup ketika kita menjadi orang terkenal. Tapi mau jadi orang apapun kita, pekerja serendah apapun yang kita miliki, bertindak baik kepada orang lain, membantu orang lain bahkan sekadar tersenyum meskipun sudah seberapa keras dan tak adilnya hidup memperlakukan kita, hal itu merupakan kewajiban untuk siapapun tanpa terkecuali :)
Ps.
ini semua karena sinetron yang terlalu menanamkan image orang kaya itu jahat, egois, suka bertindak sesukanya, tak memikirkan orang kecil.
Orang kurang itu yang mulia, orang miskin yang selalu tertindas.
ampun dah~
Komentar