Persiapan ke Paris : H-64 menuju keberangkatan dan Wabah Corona
Hari ini Rabu, 18 Maret 2020. Sudah dua hari gue mulai bekerja dari kostan gue mengingat kantor gue menerapkan kebijakan WFH karena corona. Dan ditengah-tengah keriuhan wabah Corona di Indonesia, pemerintah Indonesia yang anehnya gak mau transparan, lalu Perancis juga sudah mulai lockdown. Abang gue whats app pukul 21.00 :
Dia : 'Dek, kamu jadi ke Paris nya?'
Well, I could said that for right now, I have no idea if I should delay/cancel the trip. I mean, not being optimistic, but I give it a time until 5th May.
Why 5th May? Karena menurut gue itu udah waktu yang paling ideal hingga 21 mei (yakni kurang lebih 14 hari) untuk memantau situasi Corona ini kira kira sudah membaik atau malah memburuk. Dan juga, pembayaran kedua dari pemesanan Airbnb gue baru akan ditagihkan pada tanggal 8 Mei, yang berarti gue masih bisa full refund dan refundnya cukup 5 juta, belum total 10 juta, which is pretty enlighting (walao sebenernya engga juga wkwk).
Okeh, jadi w udah memperhitungkan biaya kasar dari kerugian gue kalo gak jadi berangkat karena Corona ini :
1. Biaya refund dari Cathay : 1000 MYR : Rp 3.539.2712. Biaya rebook Airasia ke tahun baru : Rp 2.716.9503. Biaya bikin visa schengen : Rp 1.600.0004. Biaya tiket teater opera : Rp 463.8635. Biaya Asuransi AXA untuk visa Schengen : Rp 678.1446. Biaya Surat Keterangan BNI : Rp 200.000
Total : Rp 9.198.228
Yap, total kerugian yang harus gue bayarkan dari pembatalan ke Paris karena virus Corona adalah sekitar Rp 9jutaan.
Dan awalnya gue gamau memutuskan terburu-buru mengenai keberangkatan Paris gue. I give it a time untul 5th May, simply because I think that anything can possibly happen. And guess what??? Tepat 23 Maret, datang email dari pihak Cathay yang menginformasikan ke gue bahwa penerbangan gue ke Paris dicancel ama mereka.....
Nyesek ga sih, Sar ?
Jujur, gue gak nyesek sama sekali masalah duitnya, karena itu bisa ketalang alias keganti ama bonus THR gue lebaran nantinya. Gue lebih nyesek : gue gak bisa ke Paris nya, tahun ini. Tahun ini menurut gue tahun paling strategis gue bisa puas ke Paris karena :
1. Liburan lebaran tahun 2020 adalah liburan lebaran terlama
gue bisa menghabiskan liburan 12 hari berturut-turut tanpa perlu ambil cuti sama sekali (Iyes, ga perlu ambil cuti samsek, thanks to Hari libur kenaikan Isa Al-Masih dan Hari Kesaktian Pancasila yang berdekatan dengan hari lebaran tahun ini.
2. Libur dari kantor berturut-turut
Yang kedua, sebagai orang yang kerja dipemerintahan, apalagi anak baru yang baru kerja 3 tahun disini, kapan lagi gue bisa seenak jidat ga masuk kantor selama 12 hari berturut-turut? Tanpa perlu dinyinyirin senior pas mau/sesesudah liburan gue? Tanpa perlu merasa terbebani pikiran pekerjaan pas liburan?
3. Masih belum banyak fokus
Semester tahun 2020, gue udah netapin fokus gue pada apply beasiswa S2 di luar negeri. Oleh karena itu sebenernya gue harus berangkat ke Paris dan segala urusannya itu di semester 1, biar gue bisa fokus dengan target gue selanjutnya.
Belum juga kalau in this year, I met Mr.Right One, and yes , fokus gue jadi bergeser ke nikah (walau yaa duit nikah gampang laah tinggal cairin deposit dollar gue, toh gue dan emak gue udah gamau pesta heboh heboh). But sure, things to be considered are the place to live together, his or my job, the cost of planning of raising children, dsb dsb.
I know, at the end,
Ketika gue sebagai manusia udah berusaha dan merencanakan apapun, at the end, Allah has the greatest power to decide.
Dan sepanjang gue hidup, yang gue selalu buktikan. Mulai dari gue harus ngalah ga daftar UI pas SNMPTN undangan, terus berlanjut gue diputusin ama Eno, terus pas gue gagal beasiswa LPDP, well may be this is going to be my next 'delayed gratification', I guess. (eniwei u can read it more here, my writing about delayed gratification).
Okaai, so here I am : dialing the customer service number, emailing my refund request, etc.
Semoga kita semua bisa bertemu dengan Bulan Suci Ramadhan dalam kondisi normal, baik dan sehat yaaa, amin !
Komentar